Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam
rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh
berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan
dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013.
Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki,
diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan
zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis dan laman
http://buku.kemdikbud.go.id atau melalui email buku@kemdikbud.go.id diharapkan dapat
meningkatkan kualitas buku ini. Dibawah ini adalah orang-orang yang
berkontribusi dalam pengembangan buku, yaitu:
- Penulis : Hobri, Susanto, Mohammad Syaifuddin, Dhika Elvira Maylistiyana,
- Hosnan, Anggraeny Endah Cahyanti, dan Khoirotul Alfi Syahrinawati.
- Ilustrator : Putri Riskiani Amaliya.
- Penelaah : Swasono Rahardjo dan Yudi Satria.
- Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
PEMEROLEHAN KONSEP
Berisi kegiatan siswa atau aktivitas siswa
secara aktif dengan menggunakan 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan) dalam upaya memperoleh pemahaman tentang materi dalam
masing-masing bab.
- Ayo Mengamati, Guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.
- Ayo Menanya, Guru meminta siswa secara individual untuk membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
- Ayo Menalar, Guru meminta siswa secara individual untuk mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
- Ayo Mencoba, Guru meminta siswa secara individual untuk mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan.
- Ayo Merangkum, Guru meminta siswa secara individual untuk membuat rangkuman sesuai dengan pemahamannya sendiri, kemudian dibandingkan dengan cara membaca rangkuman yang ada di buku siswa. Selanjutnya, siswa membuat rangkuman kembali dengan kalimat sendiri di buku tulis.
- Ayo Mengomunikasikan, Guru meminta siswa secara berkelompok untuk menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
- Tugas Proyek, Guru meminta siswa secara berkelompok untuk mengerjakan proyek yang diberikan terkait dengan bilangan pecahan dengan menyajikan laporan dalam bentuk laporan tertulis; dan menyajikannya secara lisan.
Tahukah kalian sebagai tambahan informasi
terkini kepada siswa, juga untuk melatih kemampuan literasi, serta pengayaan
iptek terkini. Tahukah kalian ini selalu ada pada setiap bab. Soal tantangan
berisi permasalahan kompleks yang merupakan jumping tas (soal tingkat tinggi)
untuk melatih kemampuan higher order thinking (HOT). Soal tantangan ini menjadi
pilihan yang ada pada bab-bab tertentu. Tips berisi langkahlangkah praktis dan
cepat dalam menjawab persoalan-persoalan matematika dengan tidak mengabaikan
prosedur ilmiah dan konseptual matematika. Tips ini menjadi pilihan yang ada
pada bab-bab tertentu. Selanjutnya, guru meminta siswa secara berkelompok untuk
mengerjakan latihan akhir bab.
CAKUPAN DAN RUANG LINGKUP
Berdasarkan Permendikbud tahun 2016 Nomor 24
cakupan dan ruang lingkup buku guru kelas 4 sebagai berikut. Tujuan kurikulum
mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual,
(2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya”. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
STRATEGI PEMBELAJARAN
Pendekatan Saintifik, Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah
merupakan prosedur, cara dan teknik untuk memperoleh pengetahuan, serta
untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan
sebelumnya.
Problem-Based Learning, Pembelajaran model Problem-based Learning merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan juga tentang
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensi dalam mata pelajaran yang mencakup pengumpulan informasi berkaitan
dengan pertanyaan, menyintesa, dan mempresentasikan penemuannya pada orang
lain. Siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang
mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran
(Depdiknas, 2003).
Discovery Learning, Metode Discovery Learning adalah teori
belajar yang didefinisikan sebagai prosep pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery
Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not
presented with subject matter in the final form, but rather is required to
organize it him self ” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide
Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
aktif dalam belajar di kelas.
Project-Based Learning, Project Based Learning adalah model
pembelajaran inovatif dan lebih menekankan pada pembelajaran yang konstektual
melalui rangkaian kegiatan yang kompleks. Model pembelajaran ini memiliki
potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan
bermakna bagi siswa. Project Based Learning atau model pembelajaran berbasis
proyek merupakan pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai
media. Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sistesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata (Hosnan, 2014:319).
Cooperative Learning, Belajar kooperatif adalah kegiatan yang
berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling
berbagi ide-ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik (Davidson
& Kroll, 1991:262).
AUTHENTIC ASSESSMENT (PENILAIAN SEBENARNYA)
Untuk menilai kemampuan siswa harus dilakukan
authentic assessment atau penilaian sebenarnya. Penilaian sebenarnya
dimaksudkan untuk menilai keseluruhan aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Berikut ini beberapa penilaian yang harus dilakukan.
Tes Tulis, yaitu tes yang diberikan kepada pihak tes tee (pihak yang akan
mengerjakan tes) yang harus dijawab secara tertulis. Bentuk item tes
tulis bisa berupa item tes isian, item tes uraian, benarsalah,
menjodohkan maupun pilihan ganda (pilihan ganda biasa; pilihan ganda
analisis hubungan antarhal; pilihan ganda analisis kasus; pilihan ganda
kompleks; pilihan ganda menggunakan diagram, tabel, gambar, dan grafik).
Tes Lisan, merupakan suatu bentuk tes formal yang dilaksanakan secara lisan
atau tidak tertulis baik perintah maupun jawabannya dilaksanakan secara lisan.
Ini bukan berarti pendidik tidak membuat perencanaan. Namun tester (pihak yang
melakukan tes) harus tetap membuat persiapan terlebih dahulu, yaitu dengan
menyiapkan sejumlah daftar pertanyaan beserta pedoman penilaiannya. Tes lisan
dilaksanakan secara tatap muka langsung antara tester dengan seorang tester
atau beberapa orang tester. Keunggulan tes lisan yaitu tester bisa mengetahui
tingkat kognitif anak secara otentik. Tester bisa mengembangkan pertanyaan
(probing question) sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif anak. Kelemahannya
tes semacam ini bisa bias dan kurang objektif bila tidak direncanakan dengan
baik.
Tes Kinerja (performance assessment), Sama halnya dengan tes tulis, tes kinerja
juga memiliki berbagai bentuk, seperti paper and pencil test, tes identifikasi,
tes simulasi, dan tes uji petik kerja. Dalam tes kinerja, peserta tes diminta
untuk melaksanakan suatu aktivitas tertentu sesuai kompetensi yang diungkap
untuk mendemonstrasikan performancenya.
Paper and Pencil Test, sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari
tes kinerja. Oleh sebab itu, sebenarnya tes ini ingin mengetahui prosedur dari
suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh peserta didik, namun tidak
dipraktikkan. Sebagai gantinya testee harus menuliskan prosedur kegiatan
tersebut. Dengan demikian tes jenis ini berusaha mengubah tuntutan perilaku
anak dari psikomotorik ke aspek kognitif. Walaupun kemampuan psikomotor dapat
dilakukan dengan menggunakan tes tulis, namun akan lebih baik bila tetap
diiringi dengan tes uji petik kerja. Kalau hanya mengandalkan pada tes tulis,
maka tetap saja yang ditingkatkan adalah aspek kognitifnya saja, sementara
aspek yang lebih utama yaitu psikomotor tidak mendapatkan tempat, atau
terabaikan.
Aspek yang akan Diuji, Proses penyusunan butir tes perlu
mempertimbangkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai
(menyesuaikan dengan karakteristik indikator kompetensi). Apakah kompetensi
tersebut mengarah pada aspek kognitif, afektif, ataukah psikomotor. Juga perlu
mempertimbangkan tingkatan ranah-ranah tersebut. Pada ranah kognitif misalnya
memiliki enam tingkatan dari tingkatan yang paling rendah (kurang otentik) sampai
ke tingkat tertinggi (lebih otentik), yaitu mulai dari knowledge,
comprehension, application, analysis,evaluation, dan creativity.
Distribusi Tingkat Kesukaran Butir Soal, Soal yang disusun jangan terlalu mudah dan
jangan terlalu sukar. Penyusunan butir soal yang baik hendaknya diawali
dari butir tes yang mudah ke butir tes yang sukar. Di samping itu,
distribusi tingkat kesukaran butir tes juga perlu diperhatikan. Hendaknya tingkat
kesulitan butir soal disusun secara proporsional berdasarkan pokok materi. Distribusi
tingkat kesulitan soal bisa dikelompokkan menjadi mudah, sedang, dan sukar.
Struktur soal yang baik misalnya menetapkan jumlah item soal yang mudah 60%,
sedang 30% dan soal yang tergolong kategori sukar 10%. Oleh karenanya
penyusunan item soal hendaknya didistribusikan sesuai dengan proporsi
yang ada. Dengan cara seperti ini paling tidak pembuat soal bisa
mengetahui seberapa besar anak telah mengetahui kemampuan dasar.
Tingkat Kognitif Peserta Didik, Pada dasarnya tingkat kognitif anak tidak sama.
Menurut Piaget tahap perkembangan kognitif (mental) anak melalui 4 tahap
yaitu: a) sensorimotor (2 th); b) preoperational (2 – 7 th); c) concrete
operational (7 –11 th); dan d) formal operation (11 hingga dewasa) (Slavin, 1997).
Tentu saja tingkat kesulitan soal yang akan dibuat harus mempertimbangkan tahap-tahap
perkembangan kognitif anak tersebut.
Observasi, Metode observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa baik selama di dalam maupun di luar kelas. Melalui observasi
akan dapat diketahui tentang keadaan siswa apakah mereka telah menguasai suatu
aspek atau kompetensi yang telah dipelajari selama proses pembelajaran atau
belum. Misalnya selama proses diskusi apakah para siswa telah berpartisipasi
penuh, berargumen secara rasional. Menanggapi dengan baik, dan mampu
menyimpulkan tentang apa yang dipelajari.
Artikel diatas terdapat dalam buku modul yang dapat kalian unduh!
Artikel diatas terdapat dalam buku modul yang dapat kalian unduh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar